Menanam Cabe Organik Dilahan Kritis Gunakan Limbah Pasar Kotoran Sapi
Dharmasraya. Suarametropolnews// Hendra Gusti lelaki berbadan tambun ini sangat di apresiasi petani asal dari Maninjau ini
Menanam cabe organik di lahan kritis dengan menggunakan pupuk limbah pasar dan kotoran sapi. beralih bertanam cabe bersama warga setempat dan memanfaatkan lahan lahan yang tidak bisa di oleh menjadi nilai ekonomis.
Saat awak media menyambangi kediaman Hendra Gusti Jorong Mayang taurai nagari Koto gadang kecamatan Koto besar kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat,” ia mengatakan menjadi petani semenjak usia 17 tahun kecintaan dengan bertani turun dari sang ayah beber,’ Rabu 24/07/24.
Beralih menanam cabe sekelompok kecil bersama warga, yang lain tetap memilih jalan hidup sebagai petani sawit dan karet.
kotoran sapi (bokasi) dari kotoran hewan,dan pupuk organik cair dari limbah pasar dan air kencing sapi itulah nutrisi untuk tanaman cabe.
Apa lagi Melihat masa peralihan kebun sawit (reflenting) masyarakat banyak yang sudah di tumbang yang mana dulu tanah subur tentunya setelah ditanami sawit lahan tersebut menjadi lahan yang tandus.
” kata Hendra,Pola pertanian masih menggunakan penyubur kimiawi, mengingat kondisi para petani susah untuk mendapatkan pupuk maka beralih ke pupuk serba organik yang bahan baku nya mudah didapat dan harga nya relatip murah.
Menjadi petani sawit atau pun karet sudah iya tekuni semejak remaja” Akhirnya saya mencoba bertani tanaman cabe dilahan kritis Dengan memanfaatkan limbah pasar dan kotoran hewan (sapi) tambah ,’ lelaki tamatan SMP ini.
Sebelum mencoba menjadi petani cabe ia pernah pula mencoba tanaman jagung di lahan bekas tanaman sawit, tanaman tetap tumbuh bagus,namun serangan hama babi hutan,panen jagung diusia dini terpaksa dilakukan ,” katanya berdalih.
Sekarang tanam campak di lahan kritis cabe organik dengan memanfaatkan limbah pasar dan kotoran hewan.
Pengelolaan tanah syarat tumbuh tanaman baik itu meliputi berapa paktor, pertama cahaya matahari,kedua air, ketiga unsur hara,ke empat bibit yang unggul.
Tentu ini metode tanam campak dilahan kritis perlu pembajakan tanah kembali, dari eks perkebunan sawit tersebut,
Disini Hendra Gusti hanya menggunakan metode menggali lobang kurang lebih 20 cm, dengan kedalaman 20 cm dengan posisi meruncing kebawah seperti lupis.
praktik pertanian alami minim biaya (zero budgeting agriculture).
Model bertani tersebut mengandalkan bahan-bahan alami yang umum ditemui dipasar seperti ,buah buahan,kotoran sapi untuk dijadikan pupuk.
Untuk mendapatkan pasokan kami berkeliling masuk kampung mendatangi pemilik ternak, sampai ke kampung tetangga, untuk membeli kotoran ternak. Setelah terkumpul, baru diproses di sini,” katanya.
Bahan itu dicampur dengan pupuk organik dan kencing sapi di oplos menjadi satu, ditumpuk selama dua bulan, baru diaduk setiap dua minggu sekali dengan kedap udara.
Pemakaian bahan alami itu membuat petani tak perlu bergantung pada mekanisme harga pupuk produksi pabrikan.
Masa tanam hingga panen dengan pola pertanian alami itu sedikit lebih lama dibandingkan dengan cara bertani yang mengandalkan pupuk kimiawi. Padi, misalnya, baru bisa dipanen setelah berusia 40 hari atau 10 hari lebih lama daripada biasanya. Tanaman palawija juga baru bisa dipanen lima hingga sepuluh hari lebih lama.
Pola pertanian yang ia ajarkan memicu kontroversi juga. Banyak petani yang seolah sudah ”dimanjakan” produk pabrik.
Hanya sedikit warga yang baru lahan ditanami cabe menerapkan pola pertanian alami. Namun selalu ada langkah kecil sebelum berlari.
Langkah itu sudah dimulai oleh Hendra Gusti dan kawan kawan di Nagari koto gadang gadang Sitiung 4 Blok D
Kesan selama ini oleh masyarakat bertani dilahan tanaman eks perkebunan sawit, untuk tanaman lama pertumbuhan nya karena tanah nya keras,hasil tidak menjanjikan.
Langkah itu telah di buktikan oleh Hendra Gusti bertanam cabe di lahan kritis tanam cabe organik dengan memanfaatkan limbah pasar dan kotoran hewan.
Semoga langkah ini membawa seluruh petani di Dharmasraya umum nya untuk mengikuti langkah nya,karena tidak ada kata terlambat oleh petani untuk berbuat demi kedaulatan petani yang sejahtera.tutupnya
Rep (mad)